Anak-anakku,
Tahukah kalian...tatkala melewati batas-batas persawahan...ingin kucoretkan semula ingatan yang makin malap ini, agar terus subur menghijau, menjadi ceritera pada kalian.
Mungkin semua ini tidak penting namun mama percaya, suatu waktu nanti, ketika mama sudah tiada lagi...kalian akan mula menyelak lembaran kenangan yang mama pahatkan di blog ini. Cukuplah andai waktu itu kalian tahu apa makna batas sawah pada mama....kerana kalian mungkin tidak pernahpun melaluinya...hanya mungkin melihat...sekadar mengagumi kehijauan padi.
Batas sawah itulah yang menjadi denai laluan mama sepanjang persekolahan dulu..meredah embun pagi dengan berkaki ayam, membimbit kasut yang diperbuat dari getah di bahu, menjunjung beg sekolah yang berisi buku-buku teks yang amat bermakna. Walaupun kudrat mama tidak sekuat itu...tetap gagah merentas hujan dan panas berbatu-batu sebelum sampai ke sekolah yang cuma satu...dengan satu tujuan, menggapai ilmu.
Amat penting untuk mama kenangkan, kesusahan, kesulitan dan kepayahan yang dilalui...tidak mungkin sama dengan situasi kalian hari ini, pergi berhantar dan balik berjemput...kalau hujan berpayung hingga ke kelas...berbekalkan wang yang lebih dari cukup...sedangkan mama dulu sekadar mengalas perut waktu rehat, manakala waktu pulang bersulamkan air paip dan buah-buahan liar sebelum sampai ke rumah. Batas sawah adalah lambang denai hidup mama...penuh lumpur tapi jua subur...membekal zat untuk semua. Waktu menguning...denai itu menjadi lorong sempit dek ketinggian padi yang hanya ditanam setahun sekali. Meredah bahang panas mentari di celah-celah pohon padi adalah anyaman kehidupan yang amat indah...segar diingatan. Batas sawah...amat indah...seindah ciritera bagi kalian, tetapi ianya bukannya dongengan, yang pasti kenangan.
No comments:
Post a Comment